Banyak orang meyakini bahwa kita bisa mengetahui seseorang akan menjadi pasangan hidup kita atau tidak dari seberapa nyaman kita menghabiskan waktu bersamanya. Mulai dari sekadar ngobrol ringan sampai hang out berjam-jam hanya untuk mencari tahu apa yang menjadi kegemaran masing-masing.
Namun tidak semua orang bisa dengan jelas membaca tanda-tanda apakah si dia memang layak dijadikan pasangan seumur hidup. Karena perbedaan rasa nyaman menjadi teman dan pacar sangatlah tipis. Karena itu, tidak salah untuk memiliki “panduan” dalam membaca tanda-tanda, “Diakah, cinta sejati kita?"
#Tanda 1: Kita memiliki list lengkap apa saja yang perlu dia hentikan jika status keterikatan hubungan semakin ditingkatkan. Mulai dari cara bicaranya, penampilannya, sampai apa yang menjadi kegemarannya. Karena jika kita bersikeras untuk memperbaiki “cela” ini maka kita akan mengubahnya menjadi orang lain. Lebih baik jujur pada diri sendiri dan keadaan, bahwa dia memang bukan untuk kita, daripada terlalu memaksakan diri dan membuang waktu percuma.
#Tanda 2: Kita tidak mempercayainya. Sedikit cemburu, bisa menjadi bumbu asmara. Tetapi jika kita “membuntuti” dia sampai harus membaca e-mail dan SMS-nya untuk mengetahui apa yang dilakukan selama satu hari penuh, ini adalah indikasi awal dari ketidakcocokan. Sebenarnya indikasi ini sangat kasat mata tapi kita sering berlindung dengan mengatakan apa yang kita lakukan dilakukan banyak perempuan di luar sana.
# Tanda 3: Sangat berusaha sekeras tenaga untuk menghindari konflik. Sama seperti rasa cemburu, kadang kala kita perlu sesekali berbeda pendapat. Sebab yang terpenting dari perselisihan adalah kemampuan kita dan pasangan untuk mencari jalan keluar. Inilah titik toleransi untuk memahami dan menerima karakter masing-masing. Menghindari masalah tidak selalu berarti kita adalah pasangan yang sejiwa, karena bisa jadi itu cara kita untuk lari dari masalah.
# Tanda 4: Dia bukanlah shoulder to cry on. Saat kita sedang terpuruk atau sedih, kita butuh seseorang yang melembutkan suasana. Jika kita tidak menemukan kenyamanan untuk mencurahkan perasaan dan air mata di depan dia, maka kita sebenarnya akan kesulitan menemukan ketenangan bersamanya. Karena Mr Right akan membuat kita tersenyum dan meredam segala ketakutan yang kita punya saat begitu banyak masalah datang menghadang.
#Tanda 5: Kita tidak bisa menemukan visi yang jelas untuk membesarkan anak bersama. Menjadi orang tua adalah sebuah team work yang harus solid sepanjang masa. Karena itu, jika kita ragu akan bentuk kerja sama yang terjalin dengan partner tersebut maka lebih baik menerima bahwa dia memang bukan untuk kita.
#Tanda 6: Kita kesulitan untuk bisa saling menghargai. Coba amati, berapa kali kekasih hati kita mengolok-olok kita di depan teman-teman. Rasa cinta justru muncul karena kita dapat saling menghargai. Jadi kalau ini sudah tidak ada pada dirinya, untuk apa dipertahankan?
Namun tidak semua orang bisa dengan jelas membaca tanda-tanda apakah si dia memang layak dijadikan pasangan seumur hidup. Karena perbedaan rasa nyaman menjadi teman dan pacar sangatlah tipis. Karena itu, tidak salah untuk memiliki “panduan” dalam membaca tanda-tanda, “Diakah, cinta sejati kita?"
#Tanda 1: Kita memiliki list lengkap apa saja yang perlu dia hentikan jika status keterikatan hubungan semakin ditingkatkan. Mulai dari cara bicaranya, penampilannya, sampai apa yang menjadi kegemarannya. Karena jika kita bersikeras untuk memperbaiki “cela” ini maka kita akan mengubahnya menjadi orang lain. Lebih baik jujur pada diri sendiri dan keadaan, bahwa dia memang bukan untuk kita, daripada terlalu memaksakan diri dan membuang waktu percuma.
#Tanda 2: Kita tidak mempercayainya. Sedikit cemburu, bisa menjadi bumbu asmara. Tetapi jika kita “membuntuti” dia sampai harus membaca e-mail dan SMS-nya untuk mengetahui apa yang dilakukan selama satu hari penuh, ini adalah indikasi awal dari ketidakcocokan. Sebenarnya indikasi ini sangat kasat mata tapi kita sering berlindung dengan mengatakan apa yang kita lakukan dilakukan banyak perempuan di luar sana.
# Tanda 3: Sangat berusaha sekeras tenaga untuk menghindari konflik. Sama seperti rasa cemburu, kadang kala kita perlu sesekali berbeda pendapat. Sebab yang terpenting dari perselisihan adalah kemampuan kita dan pasangan untuk mencari jalan keluar. Inilah titik toleransi untuk memahami dan menerima karakter masing-masing. Menghindari masalah tidak selalu berarti kita adalah pasangan yang sejiwa, karena bisa jadi itu cara kita untuk lari dari masalah.
# Tanda 4: Dia bukanlah shoulder to cry on. Saat kita sedang terpuruk atau sedih, kita butuh seseorang yang melembutkan suasana. Jika kita tidak menemukan kenyamanan untuk mencurahkan perasaan dan air mata di depan dia, maka kita sebenarnya akan kesulitan menemukan ketenangan bersamanya. Karena Mr Right akan membuat kita tersenyum dan meredam segala ketakutan yang kita punya saat begitu banyak masalah datang menghadang.
#Tanda 5: Kita tidak bisa menemukan visi yang jelas untuk membesarkan anak bersama. Menjadi orang tua adalah sebuah team work yang harus solid sepanjang masa. Karena itu, jika kita ragu akan bentuk kerja sama yang terjalin dengan partner tersebut maka lebih baik menerima bahwa dia memang bukan untuk kita.
#Tanda 6: Kita kesulitan untuk bisa saling menghargai. Coba amati, berapa kali kekasih hati kita mengolok-olok kita di depan teman-teman. Rasa cinta justru muncul karena kita dapat saling menghargai. Jadi kalau ini sudah tidak ada pada dirinya, untuk apa dipertahankan?
0 comments:
Posting Komentar