Pertengkaran hampir selalu terjadi pada setiap pasangan, baik ketika pacaran atau setelah menikah. Banyak di antara kita khawatir, seringnya pertengkaran dapat mengarah pada perceraian.
Namun, ada pasangan yang tidak satu kali pun pernah bertengkar. Meski terlihat mengesankan, hal itu justru mengherankan. Karena setiap pasangan tentu pernah mengalami masalah.
Dalam bukunya berjudul Seputar Problema Suami Istri, Les Parrott dan Leslie Parrott, menyatakan, tujuan dari pernikahan adalah bukan untuk menghindari konflik. Konflik yang ditangani secara benar justru dapat membangun pernikahan yang kuat.
"Konflik adalah harga yang harus dibayar oleh pasangan yang bijaksana untuk memperdalam perasaan intim," tulis pengarang buku itu.
Tanpa konflik, sulit bagi kita untuk menemukan siapa sebenarnya saya dalam hubungan dengan pasangan. Namun, alasan-alasan pertengkaran dalam pertengkaran juga perlu dipertimbangkan.
Beberapa hal yang perlu diketahui adalah manusia tidak sempurna. Demikian juga dunia di mana kita tinggal. Hal itu memberi pengertian psikologis bahwa tidak ada pernikahan yang sempurna.
Bahkan, banyak di antara kita yang menginginkan pernikahan menjadi berbeda. Harapan ini cukup untuk menempatkan konflik-konflik yang tidak terhitung.
Faktor lain yang dapat memicu pertengkaran meluas adalah kecenderungan manusia untuk menentang kompromi. Setiap hari, pasangan akan menghadapi dan melawan keinginan-keinginan besar serta kecil yang saling berbenturan.
Misalnya, seorang suami memilih bekerja lembur untuk menambah uang muka rumah. Sedangkan istri lebih suka mengorbankan tabungan dan menghabiskan waktu bersama di rumah. Tidak ada yang benar atau salah dalam skenario tersebut, karena kedua pihak memiliki maksud baik.
Namun, bagi sebagian pasangan, kompromi itu sulit, dan konflik adalah hal yang tidak dapat dihindarkan. Konflik merupakan komponen alami untuk setiap pernikahan yang sehat. Oleh karena itu, pasangan disarankan untuk tidak mengubur setiap perbedaan.
Sebaliknya, pandanglah hal itu sebagai sumber-sumber potensial untuk memperkuat perasaan intim yang lebih dalam.
Namun, ada pasangan yang tidak satu kali pun pernah bertengkar. Meski terlihat mengesankan, hal itu justru mengherankan. Karena setiap pasangan tentu pernah mengalami masalah.
Dalam bukunya berjudul Seputar Problema Suami Istri, Les Parrott dan Leslie Parrott, menyatakan, tujuan dari pernikahan adalah bukan untuk menghindari konflik. Konflik yang ditangani secara benar justru dapat membangun pernikahan yang kuat.
"Konflik adalah harga yang harus dibayar oleh pasangan yang bijaksana untuk memperdalam perasaan intim," tulis pengarang buku itu.
Tanpa konflik, sulit bagi kita untuk menemukan siapa sebenarnya saya dalam hubungan dengan pasangan. Namun, alasan-alasan pertengkaran dalam pertengkaran juga perlu dipertimbangkan.
Beberapa hal yang perlu diketahui adalah manusia tidak sempurna. Demikian juga dunia di mana kita tinggal. Hal itu memberi pengertian psikologis bahwa tidak ada pernikahan yang sempurna.
Bahkan, banyak di antara kita yang menginginkan pernikahan menjadi berbeda. Harapan ini cukup untuk menempatkan konflik-konflik yang tidak terhitung.
Faktor lain yang dapat memicu pertengkaran meluas adalah kecenderungan manusia untuk menentang kompromi. Setiap hari, pasangan akan menghadapi dan melawan keinginan-keinginan besar serta kecil yang saling berbenturan.
Misalnya, seorang suami memilih bekerja lembur untuk menambah uang muka rumah. Sedangkan istri lebih suka mengorbankan tabungan dan menghabiskan waktu bersama di rumah. Tidak ada yang benar atau salah dalam skenario tersebut, karena kedua pihak memiliki maksud baik.
Namun, bagi sebagian pasangan, kompromi itu sulit, dan konflik adalah hal yang tidak dapat dihindarkan. Konflik merupakan komponen alami untuk setiap pernikahan yang sehat. Oleh karena itu, pasangan disarankan untuk tidak mengubur setiap perbedaan.
Sebaliknya, pandanglah hal itu sebagai sumber-sumber potensial untuk memperkuat perasaan intim yang lebih dalam.
0 comments:
Posting Komentar