"Cinta itu buta". Kata-kata itu sering kita dengar yang diungkapkan seseorang ketika
mereka dilanda asmara, merasa apa yang mereka lakukan
benar. Tentu atas nama cinta
Berpuluh-puluh tahun mantra zimat itu dipercaya. Namun, tidak satu pun yang
bisa menjelaskan secara ilmiah. Ilmuan dari University College London,
Inggris, telah menguji dan membuktikan mantra itu benar.
Sang ilmuan mendeteksi area otak yang diaktifkan ketika seseorang ada
dalam kondisi romantis atau merasakan cinta. Di saat yang sama,
aktivitas area lain otak sedang tertekan. Bagian ini memengaruhi pikiran
kritis seorang manusia
Perasaan cinta menekan aktivitas saraf yang berhubungan dengan penilaian
kritis terhadap orang lain. Ketika seseorang jatuh cinta, ia
kehilangan kemampuan mengkritisi orang yang dicintai. Ini yang
menyebabkan seseorang sering salah mengambil keputusan ketika sedang
jatuh cinta.
Menjadi buta ketika mencinta bisa karena seseorang selalu mengingat hari-hari pertama dengan pasangan. Indah, dan berjalan amat menyenangkan. Inilah yang membuat cinta itu buta.
Area otak yang diaktifkan oleh rasa cinta menghasilkan rasa euforia. Fakta ini menjelaskan kekuatan cinta romantis memotivasi kegembiraan.
Menjadi buta ketika mencinta bisa karena seseorang selalu mengingat hari-hari pertama dengan pasangan. Indah, dan berjalan amat menyenangkan. Inilah yang membuat cinta itu buta.
Area otak yang diaktifkan oleh rasa cinta menghasilkan rasa euforia. Fakta ini menjelaskan kekuatan cinta romantis memotivasi kegembiraan.
0 comments:
Posting Komentar