Hot!

Other News

More news for your entertainment

4 Rambu Sebelum Terlibat "Office Romance"

Rambu Sebelum Terlibat Anda tentu bisa cinta lokasi dengan teman sekantor. Kenapa tidak? Di kantorlah Anda menghabiskan hampir seluruh waktu produktif Anda. Sangat mungkin di sela-sela pembahasan soal pekerjaan itu, Anda juga membahas soal perasaan-perasaan Anda.

Tapi, walaupun menurut survei bahwa kantor adalah tempat nomor satu untuk menemukan kekasih, Anda perlu tahu risiko mengencani teman sekantor. Terlepas dari kegembiraan karena bisa bertemu kekasih setiap saat, banyak juga situasi buruk yang bisa mengancam hubungan Anda. Untuk itu, pertimbangkan apa yang akan Anda hadapi nanti.

Bijaksanalah. Berlatihlah untuk menahan diri saat bekerja. Jangan tergoda untuk menghabiskan "quality time" bersama pasangan di ruangannya. Bahkan, Anda sebaiknya tidak membuka mulut mengenai hubungan yang Anda lakukan. Sebab, orang lain bisa saja mengira bahwa Anda lebih fokus pada urusan membina hubungan daripada bekerja. Tak perlu saling melempar pandangan penuh arti, atau saling menggesekkan kaki di bawah meja. E-mail dan telepon penuh rayuan gombal sebaiknya juga dihindari. Anda tak mau jika e-mail itu salah terkirim ke e-mail orang lain, kan?

Jangan mengencani seseorang yang rantai penguasaannya langsung di atas atau di bawah Anda. Bayangkan bila kekasih Anda ternyata atasan langsung yang harus memberikan assessment untuk Anda. Mungkin penilaian menjadi tidak obyektif, atau kemungkinan lain justru Anda yang tidak bisa menerima penilaian negatif darinya. Jika penilaian tersebut positif, rekan kerja lain akan menganggap kekasih yang juga atasan Anda itu pilih kasih.

Bayangkan juga bila Anda sedang berantem, lalu esoknya Anda harus menemuinya lagi sebagai atasan, bawahan, atau rekan kerja. Sungguh sebuah situasi yang "mencekam", bukan? Hal-hal seperti ini bisa memicu conflict of interest.

Anda juga harus bersiap untuk mengundurkan diri bila hubungan Anda semakin serius. Banyak perusahaan tidak mengizinkan pasangan menikah dengan rekan sekantor. Kebijakannya adalah memutasi Anda ke divisi lain, atau salah satu dari Anda harus mengundurkan diri.

Bersiaplah menjadi bahan gosip. Anda berdua jelas akan menjadi bahan pembicaraan, khususnya bila Anda memang pernah melontarkan sesuatu yang bisa jadi topik gosip terhangat. Oleh karena itu, tadi telah disebut mengapa Anda tak perlu banyak membuka mulut soal hubungan Anda ini. Jagalah sikap profesional, dan jangan terlibat dalam gunjingan mengenai kisah cinta Anda.

Bersikap realistis. Bila hubungan Anda bisa berlanjut ke arah pernikahan, tentu baik. Tetapi bagaimana bila tidak, dan Anda harus putus hubungan sebagai kekasih? Padahal, Anda masih harus bekerja sama dalam satu tim. Lalu, bagaimana bila ia lalu mempunyai pacar baru yang juga karyawan kantor Anda? Mampukah Anda menerima pemandangan seperti itu?

Perusahaan atau gedung kantor Anda boleh saja menjadi tempat yang asyik untuk bertemu pria baru, jangan membatasi diri untuk menemui pria baru ini di tempat lain. Anda tak akan pernah tahu siapa jodoh Anda, bukan?

Romantisme Pudar, Cinta pun Bubar

Romantisme Pudar, Cinta pun BubarRomantisme memberi efek positif dalam hubungan sekaligus menangkal efek negatif kandasnya cinta di tengah jalan. Saat romantisme hilang, cinta di luar terasa indah hingga akhirnya menjadi awal kehancuran hubungan.

Setiap wanita setuju bila mereka selalu ingin dimanja dan disayang pasangan. Namun sayang, tak semua pria bisa bersikap romantis ketika menjalani sebuah hubungan dan
seringnya bersikap kaku.

Wanita mengharapkan sisi romantis pria
Sangat penting bagi seorang pria untuk menunjukkan sisi romantisnya sejak memasuki hubungan penuh komitmen.

Seorang wanita ingin melihat bahwa pasangannya memperhatikan dan melindungi mereka. Sekalipun wanita terlihat kuat dan tangguh, memiliki karier cemerlang, seperti CEO perusahaan, dokter atau pengacara, mereka masih memiliki mimpi didatangi seorang pangeran tampan menunggangi kuda seraya membawa cinta untuk mereka, seperti cerita dalam dongeng.

Kurangnya sisi romantis dalam suatu hubungan dapat mempengaruhi keintiman emosional, kehidupan seks, dan persahabatan antara dua sejoli. Menurutnya, suatu hubungan tidak bisa tumbuh dan berkembang tanpa romantisme.

Tanpa sisi romantis hubungan akan terasa ‘basi’
Tanpa sisi romantis, hubungan akan terasa ‘basi’ membosankan, dan tidak menarik.
Jika Anda menginginkan hubungan mesra bersama pasangan, maka Anda perlu melakukan upaya untuk membuang rasa bosan yang menyelimuti. Tentu, agar pasangan tidak mencari cinta yang baru alias berselingkuh.

Keduanya mungkin mulai mencari sesuatu yang baru diluar hubungan, menemukan kehidupan romantis yang selama ini tidak didapatkan, dan ini merupakan awal kehancuran hubungan. Dengan memperlihatkan bahwa Anda begitu perhatian, dan memandang hubungan sangatlah bernilai, itu akan membantu Anda menikmati setiap momen yang dilalui bersama.

Bersikap romantis tanpa kepura-puraan
Isyarat romantis yang dilakukan dengan kepura-puraan cenderung menunjukkan bahwa Anda adalah pasangan yang tidak tulus. Sikap terbaik pria adalah menunjukkan dirinya seorang yang gentleman, penuh kelembutan.

Di zaman modern ini, umumnya wanita ingin diperlakukan sama dengan pria, yakni ingin dihargai. Jika seorang pria menunjukkan perhatian dengan tetap mempertahankan sisi maskulinitasnya, dengan itu ia bisa memenangkan hati wanita.

Kalau Anda belum cukup mahir bersikap romantis, ada tiga bocoran gaya yang bisa Anda tunjukkan pada pasangan, yakni :
1. Wanita akan merasa bak seorang putri ketika setelah seharian bekerja, pasangan memanjakannya dengan membawakan segelas minuman dingin favorit, misalnya.

2. Jika pasangan senang menggunakan lipgloss, Anda bisa menghadiahkan lipgloss warna kesukaannya, lalu letakkan di samping tempat tidur pada malam hari untuk memberinya kejutan.

3. Dengarkan saat pasangan sedang berbicara. Pria berpendapat bahwa wanita terlalu banyak bicara, sehingga mereka sering tak mengindahkannya. Mulai saat ini, cobalah untuk mendengarkan dan menunjukkan perhatian Anda dengan meluangkan waktu untuk mendengarkan curahan hatinya.

Semat Harap dalam Sehelai Ulos

Semat Harap dalam Sehelai UlosApa arti seulas kain bagi Anda? Bisa jadi hanya sekadar penutup aurat atau sebagai penghangat tubuh. Jika mau menilik sejenak, bagi leluhur kita, secarik kain bisa memiliki banyak arti. Masyarakat Tapanuli Utara, misalnya, yang menggunakan sehelai ulos sebagai perlambang kasih dan semat harap di setiap peristiwa dalam kehidupan. Menurut majalah Mahligai, ulos dikenal oleh masyarakat Batak sejak abad ke-14, seiring masuknya alat tenun tangan dari Indoa. Umumnya, panjang ulos mencapai 2 meter dengan lebar 70 cm.

Pada zamannya, ulos digunakan untuk pakaian sehari-hari. Namun, pada acara-acara tertentu, ulos menjadi semacam perantara pemberi berkat dari orang yang dihormati kepada yang lebih muda, acara pemberiannya dinamakan mangulosi. Ibu Martha, pendiri Martha Ulos, sebuah wedding organizer khusus adat Batak dan pengembang ulos di Jakarta mengatakan kepada Kompas Female, "Selain kembangin tenun, paket prosesi pernikahan batak, harapan saya mendirikan Martha Ulos supaya anak muda tidak takut untuk mau memasyarakatkan budaya. Sebetulnya mengenal ulos itu tak sulit dan tidak berlawanan dengan agama. Leluhur kita punya ide yang baik sekali. Di suku mana pun tidak ada yang menggunakan secarik kain seperti ini. Sebenarnya ulos itu adalah perlambang kasih sayang. Misal, pada sehelai ulos ini (yang diberikan saat pernikahan), orangtua memohon kepada Yang Maha Kuasa, agar anaknya diberi keturunan, harapan agar hidup damai dan rukun sampai akhir hidup, tidak diceraikan oleh manusia, sehat, panjang umur, dan lainnya. Nenek moyang kita sudah memikirkan hal-hal semacam ini sejak dulu."

Ada banyak jenis ulos seperti berikut:

* Ulos Ragidup. Sebagai perlambang kehidupan, ulos ini memiliki derajat tertinggi. Pembuatannya pun tergolong sulit, warna, motif, dan coraknya memberi kesan meriah dan "hidup". Digunakan pula sebagai perlambang doa restu untuk kebahagiaan dalam hidup. Biasa diberikan dari orangtua pengantin perempuan kepada ibu pengantin laki-laki dengan makna agar si penerima bisa menerima si menantu wanita. Umumnya, ulos ini dipajang di dinding rumah.

* Ulos Jugia (Naso ra pipot). Biasanya dimiliki oleh orang yang sudah memiliki cucu anak lelaki dan anak perempuannya. Aturan untuk memiliki ulos ini cukup banyak, sehingga jarang orang yang memiliki ulos ini.

* Ulos Ragihotang. Ulos ini merupakan simbol pada pernikahan Batak. Biasa pula disebut dengan ulos hela. Diselimutkan oleh orangtua mempelai wanita kepada kedua mempelai pada saat upacara berlangsung. Disampirkan di pundak kedua mempelai, kemudian disatukan di tengah, di depan mempelai. Makna dari hotang (rotan) adalah agar kedua mempelai memiliki ikatan pernikahan yang kuat dan tidak mudah dipatahkan.

* Ulos Mangiring. Ulos inilah yang biasa digunakan sehari-hari. Ada pula yang digunakan sebagai tali-tali (tutup kepala kaum pria) dan saong (tutup kepala wanita). Biasanya ulos ini diberikan oleh orang yang dituakan kepada cucu-cucunya.

* Ulos Lobu-lobu (Giun Hinar-haran). Ulos ini tergolong jarang dikenal. Biasanya hanya digunakan oleh mereka yang dirundung kemalangan, karenanya tidak diperdagangkan. Zaman dulu, ulos ini diberikan kepada anak perempuannya yang sedang hamil supaya kelahiran berjalan lancar.

* Ulos Abit Godang. Harapan orangtua agar anaknya berlimpah sukacita dan kebajikan disemat pada ulos yang harganya cukup tinggi ini. Konon, kain ini memiliki tempat terhormat di mata masyarakat Batak-Toba.

* Ulos Bintang Maratur. Menggambarkan jejeran bintang teratur. Sebagai perlambang sikap patuh, rukun, dan kekeluargaan. Termasuk dalam hal kekayaan dan kekuasaan, tidak ada kesenjangan yang timpang dan berada dalam tingkat setara.

* Ulos Runjat. Biasanya hanya dimiliki mereka yang memiliki status tinggi di masyarakat. Hanya digunakan pada acara-acara khusus. Bisa pula diberikan pada acara pesta.

* Ragi Pakko. Biasanya digunakan sebagai selimut.

* Tumtuman/Edang-edang. Dipakai sebagai tali-tali dan anak yang pertama dari pemangku hajat.

* Sibolang rasta. Biasa digunakan untuk keperluan duka dan suka cita. Namun, warna hitamnya lebih banyak digunakan sebagai perlambang kedukaan.

Masih banyak lagi jenis ulos dan maknanya. Sayangnya, kriya nusantara semacam ini belum banyak diwartakan dan diperkenalkan kepada masyarakat. Menurut Ibu Martha, "Anak muda sekarang mungkin kurang tertarik karena tak tahu banyak tentang ulos, makna, dan keindahannya. Biasanya hanya jenis kain Indonesia tertentu saja yang dikenal. Mungkin juga mereka tak tertarik karena sudah takut duluan. Bisa takut karena ulos juga dikenakan pada hari kematian. Belum lagi, bahannya yang kasar dan panas, jadi jarang dilirik."

Tahun Pertama Pernikahan Menentukan Perjalanan Selanjutnya

Tahun Pertama PernikahanSetelah menikah, proses penyesuaian sepasang kekasih bagaikan kembali ke titik awal. Dalam ikatan pernikahan bisa muncul kejutan-kejutan kecil seputar sifat atau kebiasaan pasangan yang tidak ditemukan di masa pertunangan ataupun berpacaran. Ada juga yang berharap kebiasaan buruk di masa sebelum menikah bisa menghilang setelah kekasih menjadi suami atau istri. Namun, yang ditemukan justru semakin panjangnya kebiasaan buruk pasangan.

Sebetulnya tidak ada yang berubah pada sifat asli seseorang meskipun ia telah menikah. Kalaupun terlihat semakin banyak ketidakcocokan yang muncul, itu karena setelah satu atap dengannya, mau tidak mau tampaklah karakter atau sifat asli, kebiasaan-kebiasaan, juga masalah yang tidak sempat muncul di permukaan kala pacaran. Inilah yang harus dipahami oleh masing-masing pasangan.

Perbedaan karakter, sifat, serta kebiasaan-kebiasaan umumnya menjadi masalah dalam hal pengelolaan keuangan, pembagian peran dalam rumah tangga, penerimaan/penempatan diri dalam keluarga besar, hubungan intim, pembagian waktu antara pekerjaan dan rumah, sampai kesempatan bergaul dengan teman. Bila kemudian lahir anak pertama, maka dari pola pengasuhan anak pun bisa timbul perbedaan.

Mempertemukan Kepentingan
Proses penyesuaian memang butuh perjuangan agar dapat memadukan perbedaan-perbedaan serta mempertemukan kepentingan-kepentingan yang muncul. Tentunya diperlukan saling pengertian dari kedua belah pihak serta kebesaran hati lewat komunikasi yang intens dan pas. Contohnya saja, dalam hal pengasuhan anak diperlukan kebesaran hati untuk bisa memasukkan kedua pola asuh yang berbeda atau merumuskan pola asuh yang pas.

Meski penyesuaian terus terjadi sepanjang usia pernikahan, hal-hal mendasar seperti metode pengelolaan keuangan, pola asuh anak, dan hal-hal lain yang disebutkan tadi diselesaikan di tahun-tahun pertama pernikahan. Mengapa? Bila dibiarkan berlarut-larut, terutama karena gengsi atau khawatir kehilangan kemesraan dan akhirkan dibiarkan saja, ganjalan ini dapat menjadi api dalam sekam dan memunculkan masalah-masalah baru. Hal ini tentunya akan mengancam keharmonisan hubungan selanjutnya.

Sebaliknya, bicarakan perbedaan-perbedaan yang ada dan lakukan penyesuaian-penyesuaian oleh suami istri agar ditemukan jalan tengahnya. Penyesuaian-penyesuaian ini sejatinya bisa menjadi peluang atau momentum bagi masing-masing untuk bisa saling mengenal, saling memahami lebih baik lagi pasangannya baik secara fisik, emosi, kebiasaan, minat, hobi, dan lain-lain. Jika keduanya berhasil melewatinya dengan baik, maka memasuki tahun-tahun selanjutnya akan terbentang landasan yang lebih kokoh lagi.

Introspeksi dan Toleransi
Pada dasarnya, pernikahan merupakan proses kerja sama dari kedua belah pihak. Jadi harus dipahami, dalam mengupayakan keharmonisan rumah tangga, cinta saja tidak cukup untuk dapat menghadapi semua permasalahan. Diperlukan pula kematangan dalam bersikap, kematangan emosi, dan kedewasaaan berpikir, kesediaan bertoleransi, serta komunikasi yang sehat.

Bila dalam kehidupan berumah tangga tersebut timbul konflik, maka kenali sumber konflik tersebut dan tantangannya. Jadikan hal itu sebagai sarana untuk pasangan lebih melakukan introspeksi diri dan kembali ke konsep awal pernikahan. Upayakan setiap konflik dapat terselesaikan dan mampu dibicarakan tanpa emosional. Caranya dengan mencari waktu yang tepat, semisal di saat santai, untuk membahasnya.

Pada saat membahas, jangan menyerang pribadi, tapi fokuslah pada masalah dalam kerangka kasih sayang. Jika semua masalah dikomunikasikan dengan baik dan dilakukan kesepakatan bersama tanpa dibuat rumit, maka potensi konflik yang muncul bisa dikurangi, bahkan dihilangkan.

Diakah, Cinta Sejati Kita?

Cinta SejatiBanyak orang meyakini bahwa kita bisa mengetahui seseorang akan menjadi pasangan hidup kita atau tidak dari seberapa nyaman kita menghabiskan waktu bersamanya. Mulai dari sekadar ngobrol ringan sampai hang out berjam-jam hanya untuk mencari tahu apa yang menjadi kegemaran masing-masing.

Namun tidak semua orang bisa dengan jelas membaca tanda-tanda apakah si dia memang layak dijadikan pasangan seumur hidup. Karena perbedaan rasa nyaman menjadi teman dan pacar sangatlah tipis. Karena itu, tidak salah untuk memiliki “panduan” dalam membaca tanda-tanda, “Diakah, cinta sejati kita?"

#Tanda 1: Kita memiliki list lengkap apa saja yang perlu dia hentikan jika status keterikatan hubungan semakin ditingkatkan. Mulai dari cara bicaranya, penampilannya, sampai apa yang menjadi kegemarannya. Karena jika kita bersikeras untuk memperbaiki “cela” ini maka kita akan mengubahnya menjadi orang lain. Lebih baik jujur pada diri sendiri dan keadaan, bahwa dia memang bukan untuk kita, daripada terlalu memaksakan diri dan membuang waktu percuma.

#Tanda 2: Kita tidak mempercayainya. Sedikit cemburu, bisa menjadi bumbu asmara. Tetapi jika kita “membuntuti” dia sampai harus membaca e-mail dan SMS-nya untuk mengetahui apa yang dilakukan selama satu hari penuh, ini adalah indikasi awal dari ketidakcocokan. Sebenarnya indikasi ini sangat kasat mata tapi kita sering berlindung dengan mengatakan apa yang kita lakukan dilakukan banyak perempuan di luar sana.

# Tanda 3: Sangat berusaha sekeras tenaga untuk menghindari konflik. Sama seperti rasa cemburu, kadang kala kita perlu sesekali berbeda pendapat. Sebab yang terpenting dari perselisihan adalah kemampuan kita dan pasangan untuk mencari jalan keluar. Inilah titik toleransi untuk memahami dan menerima karakter masing-masing. Menghindari masalah tidak selalu berarti kita adalah pasangan yang sejiwa, karena bisa jadi itu cara kita untuk lari dari masalah.

# Tanda 4: Dia bukanlah shoulder to cry on. Saat kita sedang terpuruk atau sedih, kita butuh seseorang yang melembutkan suasana. Jika kita tidak menemukan kenyamanan untuk mencurahkan perasaan dan air mata di depan dia, maka kita sebenarnya akan kesulitan menemukan ketenangan bersamanya. Karena Mr Right akan membuat kita tersenyum dan meredam segala ketakutan yang kita punya saat begitu banyak masalah datang menghadang.

#Tanda 5: Kita tidak bisa menemukan visi yang jelas untuk membesarkan anak bersama. Menjadi orang tua adalah sebuah team work yang harus solid sepanjang masa. Karena itu, jika kita ragu akan bentuk kerja sama yang terjalin dengan partner tersebut maka lebih baik menerima bahwa dia memang bukan untuk kita.

#Tanda 6: Kita kesulitan untuk bisa saling menghargai. Coba amati, berapa kali kekasih hati kita mengolok-olok kita di depan teman-teman. Rasa cinta justru muncul karena kita dapat saling menghargai. Jadi kalau ini sudah tidak ada pada dirinya, untuk apa dipertahankan?