Lantas, apa dong alasan terbesar mereka untuk menikah? Heater Formaini, penulis buku Men the Darker Continent, mengungkapkan, kebanyakan lelaki menikah untuk menikmati ketenteraman dalam hidupnya dan memiliki hidup yang seimbang. Setelah letih bekerja, mereka mengharapkan secangkir pengertian dan kehangatan. Jadi, tak heran jika istri yang mereka anggap potensial adalah ibunya yang masih muda nan seksi.
Survei kecil-kecilan yang dilakukan terhadap laki-laki menikah berusia 25-35 tahun setidaknya menjawab keingintahuan Anda.
1. Ingin hidup lebih lengkap
Mereka merasa bahwa fase hidup yang mereka jalani sudah hampir sempurna, kuliah selesai, punya pekerjaan tetap dan pacar. Mereka merasa sudah waktunya untuk melanjutkan fase berikutnya, yaitu menikah.
2. Ada yang mengurus dirinya
Mungkin selama ini ia kurang dapat perhatian dari orangtuanya. Semua kebutuhannya dipenuhi seorang diri. Ia butuh seseorang yang membuatnya nyaman, memenuhi setiap kebutuhannya, ada yang menyiapkan kopi di pagi hari dan setelah bekerja.
3. Telah mapan
Ia merasa telah memiliki semua kebutuhan standar yang dianggap sebagai modal untuk mengarungi biduk pernikahan. Materi yang cukup, rumah atau apartemen yang nyaman, pekerjaan yang mapan, serta penghasilan yang memenuhi syarat.
4. Bosan melajang
Bagi laki-laki yang telah puas mencicipi manis dan pahitnya melajang, pernikahan adalah solusi yang dianggap tepat untuk keluar dari kebosanan melajang. “Jadi lajang sih enak, tidak ada yang mengatur jam berapa harus pulang, bebas pergi ke mana pun. Tapi lama-lama jenuh juga karena hidup jadi monoton,” jawab Ibran (32), creative.
5. Terlalu cinta
Saat merasa cintanya terlalu besar pada Anda, ia jadi egois ingin “memiliki” Anda. Untuk mengikat Anda agar tidak berpaling kepada lelaki lain, jalan yang harus ditempuh adalah menikahi Anda. Dalam hati kecil ia menyadari tak bisa hidup tanpa Anda.
6. Sudah siap
Secara mental dan materi, fisik maupun psikis, ia merasa sudah siap melanjutkan hubungan ke pernikahan. Bagi laki-laki, memang agak makan waktu untuk menyiapkan mentalnya memasuki gerbang pernikahan.
7. Ingin punya keturunan
Seperti juga perempuan, sebagian besar laki-laki menginginkan keturunan yang bisa ia banggakan. Mereka merasa belum sreg disebut laki-laki sejati jika belum memiliki keturunan.
8. Mengakhiri petualangan
“Sejak remaja hingga dewasa berpetualang mencari cinta, kayaknya malah membuat saya capek sendiri. Saat ketemu dengan orang yang cukup tepat, saya enggak ragu untuk mengajaknya menikah,” kata Tyo (29), marketing.
9. Capek pacaran
Pacaran sekian tahun tak hanya menguras kantong, tapi juga pikiran. Biaya bensin, jalan, nonton, makan, bertengkar, dan cemburu jadi rutinitas dan dampak lain dari pacaran. Mereka yang capek biasanya memilih menikah untuk mengakhiri hubungan.
10. Cocok
Ia merasa Anda dan dirinya seperti kepingan puzzle yang saling melengkapi. Punya minat dan hobi sama, tahu karakter masing-masing, dan pandai menyikapi setiap persoalan di antara kalian. Sepertinya tak ada yang lebih paham dirinya kecuali Anda.
11. Desakan orangtua
Sekadar memenuhi tuntutan orangtua, terkadang pria mengajak pasangannya menikah. Hal ini antara lain karena orangtuanya sakit keras dan ingin melihat anak hidup bahagia, ingin segera menggendong cucu, atau sudah cocok dengan pasangan Anda.
12. Desakan pacar
Setiap hari diceramahi dan ditanya pacar kapan menikah, lama-lama tentu saja si dia gerah. Tidak semua lelaki lho didesak menikah langsung kabur, banyak juga yang pada akhirnya mengiyakan ajakan pasangannya.
13. Jam biologis
Laki-laki juga mempunyai jam biologis. Sebagian dari mereka tetap merasa khawatir jika di usia kepala empat belum juga menikah. “Jika di usia empat puluhan baru menikah, saat anak besar saya sudah kakek-kakek. Padahal, usia lelaki menurut penelitian lebih pendek daripada perempuan,” ucap Ikbal (30), auditor.
14. Waktunya tepat
“Suatu ketika saya menyadari kayaknya harus tahun ini saya menikah. Saya sendiri heran, begitu saja keinginan itu muncul tanpa bisa saya kendalikan. Padahal, sejak tahun lalu pacar mengajak saya menikah,” kata Danny (32), pialang.
15. Tidak ada alasan
“Saya enggak tahu apa yang memicu saya menikahi istri. Bagi saya untuk menikah terkadang tidak perlu terlalu banyak alasan. Ketika saya ingin menikah, ya menikah saja, tahun depan belum tentu keinginan itu muncul lagi,”
0 comments:
Posting Komentar